Di sejumlah game yang beredar hari ini, kamu kerap berperan sebagai karakter pahlawan. Dengan armor lengkap kamu mengalahkan para penjahat, membasmi monster-monster menyeramkan, atau melancarkan misi mustahil demi keselamatan dunia.
Kamu menemui pola demikian di Crysis. Di game ini kamu berperan sebagai anggota US Special Force yang punya misi menyelamatkan para ilmuwan dari alien.
Kamu juga dapat menemuinya dengan menjadi penyelamat bumi dari serbuan zombi di Resident Evil. Atau di banyak game lain dengan misi-misi yang tak kalah mulia.
Yang kamu tahu, semua game itu adalah fiksi. Semulia apapun misinya, sesulit apapun itu, dampaknya boleh jadi tak akan pernah sampai ke dunia betulan, kecuali rasa senang dan puas dirimu sendiri tiap kali berhasil menyelesaikan sebuah misi.
Toh, game memang diciptakan dengan tujuan seperti itu. Saat Gunpei Yokoi begitu getol mengembangkan Nintendo, ia tak cuma ingin membesarkan nama perusahaan, tetapi juga ingin menjadi sumber kesenangan bagi banyak orang di seluruh dunia.
Tapi, sebagaimana sarana hiburan lain entah musik hingga film, game tak pernah benar-benar memiliki tembok pembatas.
Jika saja One More Light-nya Linkin Park bisa membantu Cristina Settani menyelamatkan seseorang dari upaya bunuh diri, game mestinya bisa melakukan hal serupa. Jika saja film San Andreas mampu menginspirasi Jacob O’Connor untuk menyelamatkan adiknya yang nyaris tenggelam, game harusnya dapat berfungsi demikian.
Dari sains hingga ke pelaminan
Saat COVID-19 baru menyelimuti, dunia kelimpungan. Banyak negara menutup rapat-rapat akses keluar-masuk. Berbagai penerbangan dibatalkan. Perekonomian ambruk. Perusahaan memecat para karyawannya. Toko-toko ditutup. Orang-orang bersembunyi.
Di tengah segala perkara menyebalkan itu, sekelompok ilmuwan dari University of Washington mengumumkan bahwa game yang mereka kembangkan sejak 2008, bisa menyelamatkan banyak nyawa dari pandemi. Judulnya Foldit, sebuah game bergaya puzzle.
Kamu mesti menyusun desain protein untuk mencegah interaksi COVID-19 dengan sel hidup. Kelak, desain terbaik hasil kerja para pemain akan digunakan untuk kebutuhan penelitian dan pengembangan vaksin di berbagai instansi kesehatan.
Konsep demikian boleh jadi tampak mustahil. Namun, beberapa tahun sebelumnya, sebanyak 469 pemain Foldit di seluruh dunia pernah menyusun struktur protein yang lebih baik daripada mereka yang bergelar sarjana hingga kristalografi terlatih.
Perkembangan teknologilah yang memungkinkan semuanya bisa terjadi. Ini pula yang memungkinkan seorang polisi Taiwan menemukan pemilik sebuah Nintendo Switch yang tertinggal di ATM pada suatu hari.
Karena tak ada informasi yang tertera pada konsol terkini Nintendo tersebut, tiba-tiba si polisi punya ide absurd sekaligus brilian: Mencarinya lewat Animal Crossing.
Animal Crossing adalah game yang mengajakmu berperan sebagai penduduk desa yang memiliki pulau masing-masing. Untuk berinteraksi dengan pemain lain, kamu dapat menggunakan surat. Surat inilah yang digunakan oleh polisi tadi untuk mencari si pemilik Switch.
“Halo. Kami dari kantor polisi East Helping Rd, Daan, Taipei, sedang mencari pemilik Switch ini. Kami tidak tahu bagaimana cara menghubunginya, jadi kami harap kalian bersedia membantu dan memberi tahu pemilik untuk mengambil konsol gamenya,” si polisi menulis.
Salah satu rekan si pemilik Switch membaca surat itu. Tanpa berpikir lama, ia menghubungi rekannya yang langsung menuju kantor polisi untuk mengambil Switch yang sempat hilang. Hari itu, game Animal Crossing mendadak jadi pahlawan.
Tahun lalu di Indonesia, kisah serupa tapi tak sama juga pernah terjadi. Ini tentang Novi Paula Anggraeni yang tinggal di Jakarta dengan Muhamad Agus dari Cianjur.
Keduanya adalah pemain PUBG Mobile dan karena game inilah mereka berkenalan. Karena game itu pula, keduanya berhubungan dekat hingga akhirnya menikah.
Kita mungkin akan menilai bahwa itu perkara cetek. Dampaknya tak seperti saat kamu menyelamatkan dunia dari alien atau seperti saat tim peneliti University of Washington menciptakan Foldit. Namun bagi mereka, PUBG telah menjadi pahlawan yang tak terkira.
Masih banyak kisah lain yang menunjukkan betapa game bisa memberi efek nyata bagi kehidupan. Sarah Hagi menulis di Vice bahwa game dapat memberinya kehidupan sosial yang tak pernah ia miliki. Ada pula Chloe Thibaud yang menyebut The Sims telah mendistraksi beban hidupnya.
Tujuan game diciptakan pun, pada dasarnya juga cukup bisa disebut sebagai upaya menjadi pahlawan. Ya, pahlawan yang telah memberi kita banyak kesenangan.
Selamat Hari Pahlawan.