Aplikasi pesan instan populer WhatsApp menerapkan kebijakan baru terkait data pengguna. Mereka menulis, “WhatsApp akan menerima dan membagi informasi dari dan kepada Facebook.”
WhatsApp mengklaim sederet data yang dikumpulkan nantinya akan mereka gunakan untuk peningkatan layanan sekaligus memasarkan layanan perusahaan. Namun, para pengguna justru khawatir.
Bagaimana tidak, data-data tersebut berupa sederet informasi seperti riwayat pembelian pengguna, lokasi, kontak, nomor telepon, email, detail penggunaan, dan sebagainya. Betul, semuanya adalah data pribadi yang tentu saja sensitif.
Untuk apa mengumpulkan data?
Industri teknologi memang berkaitan erat dengan data. Tak cuma WhatsApp, layanan-layanan yang berbeda jenis juga kerap mengumpulkan data-data dari para pengguna mereka, termasuk video game.
Para developer, terutama yang game-nya terikat dengan internet, biasa mendapatkannya lewat in-game alias game itu sendiri. Tak sedikit yang juga memanfaatkan sumber eksternal dari berbagai jenis penyedia data.
Alasannya bermacam-macam, tapi sebagian besar berguna untuk pengembangan game yang mereka buat. Adapun, bentuknya bisa berupa perilaku gamer saat memainkan game tertentu.
Misal, jika Anda developer Mobile Legends, Anda bisa melihat item apa yang paling sering digunakan gamer A, lane favoritnya, hingga sesederhana berapa lama satu pertandingan dihabiskan.
Kedengarannya sederhana tetapi itu sangat berguna untuk pengembangan game di masa depan.
Pengembang Cook, Serve, Delicious!, David Galindo, mengungkapkan bahwa dia tak pernah memanfaatkan data in-game atau sejenisnya. Saat mengembangkannya, ia cuma mengandalkan perhitungan sendiri.
Galindo bahkan tak pernah mendapat keluhan dari gamer. Dia bukan tak mau, tetapi tak mengerti bagaimana caranya. Selain perhitungan sendiri, dia cuma memperoleh data berupa ulasan dan berbagai feedback di Steam.
Saat bertemu dengan Zach Barth yang mengembangkan Opus Magnum, Galindo menyesalinya sekaligus terkagum dengan bagaimana Barth memanfaatkan data.
Lewat data, Barth bisa melihat berapa banyak gamer yang berhasil dan gagal pada salah satu level, berapa waktu yang ditempuh, di titik mana berhenti bermain, dan hal lain untuk mengembangkan game menjadi lebih baik.
“Saya tidak menyadari semua itu, sampai saya melihat cara Zach menerapkan metriknya di Opus Magnum. Itu seolah membuka pintu yang lebih lebar untuk memahami game Anda sendiri,” ucap Galindo.
Mengembangkan game menjadi lebih baik lagi adalah keinginan semua developer. Itulah kenapa, mereka akan berusaha sekeras mungkin untuk mendapatkan data dari tiap gamer.
Jika data in-game tak cukup, mereka akan memanfaatkan layanan eksternal. Salah satunya Nick Yee, penyedia data terkemuka yang sudah melakukan survei terhadap lebih dari 200 ribu gamer.
Yee biasa mengumpulkan data gamer, dari yang remeh hingga penting. Dia tahu apa yang Anda inginkan saat bermain game, berapa usia rata-rata game tertentu, di mana Anda biasa bermain game, apa opsi yang Anda pilih saat berada pada level A atau B.
Tiap periodenya Yee akan menjual data tersebut kepada developer. Sejak memulainya pada 2015, pelanggannya sudah mencakup game-game besar seperti League of Legends hingga Plants vs Zombies.
Sisi negatif data collecting
Sayangnya, tak selamanya data collecting bertujuan positif. Ada ancaman privasi yang datang, terutama jika data yang diambil berupa informasi pribadi. Data-data seperti ini rawan digunakan oleh pihak ketiga.
Hal lain yang juga bisa dianggap sebagai sisi negatif adalah keberadaan iklan. Anda pernah melihat iklan tertentu saat bermain game? Itu salah satu contohnya.
Konsepnya sama seperti algoritma media sosial dan aplikasi online lain, di mana Anda akan melihat sederet iklan yang memang sesuai dengan preferensi masing-masing.
Anda bisa menyebutnya sebagai hal lumrah dan tidak merugikan. Namun, setidaknya itu cukup untuk membuat Anda tak nyaman bermain game. Atau Anda merasa biasa-biasa saja tiap kali banner iklan muncul?
Bagaimanapun, semua itu membuktikan bahwa data pengguna bagi game amat penting. Kalau Anda pernah mendengar ungkapan ‘Data is the new oil’, itu adalah benar belaka.