Suci Pertiwi alias Cici, asal Palembang, adalah gamer garis keras. Hampir setiap hari dia sibuk berhadapan dengan piksel-piksel video game pada layar. Ada banyak game yang ia mainkan tapi favoritnya adalah PUBG Mobile.
Di tempat berbeda, Balikpapan di Kalimantan sana, Ane Firman juga maniak PUBG Mobile. Suatu hari dia membuka sesi mabar. Ada seorang perempuan yang bergabung di sesi tersebut. Rupanya, itu adalah Cici tadi.
Keduanya menjadi akrab. Mabar sudah pasti. Di luar itu, Firman dan Cici juga saling bertukar nomor telepon. Semakin hari semakin intens dan mereka merasa punya banyak kecocokan. Benih-benih cinta pun tumbuh.
Tak sekali dua mereka bertemu. Hingga pada pertemuan kesekian di Palembang, Firman memberanikan diri untuk melamar kekasihnya itu. Mereka menikah. Semua karena video game.
“Ane datang ke rumah sendirian, dengan berani melamar saya. Minta pada orangtua ingin menikahi saya. Saya lihat dia gantle banget dan berani. Saya merasa menjadi wanita beruntung,” ujar Cici, dilansir Liputan6.
Cici dan Firman bukan satu-satunya. Ada Novi Paula Anggraeni dan Muhamad Agus hingga Yuli Maulina dan Andre. Seperti Cici dan Firman, mereka juga bertemu lalu menikah berkat mabar di PUBG Mobile.
Di game lain, salah satu kisah yang cukup terkenal melibatkan Riyannoor Hidayat dan Susmela Putri. Pasangan ini menikah pada Agustus 2016 setelah tak sengaja bertemu di game Touch Online.
“Saat pertama bertemu di game Touch Online kami masih saling cuek sampai akhirnya saling penasaran kemudian asyik curhat,” tutur Putri.
Semua pertemuan itu dapat terjadi sebab karakteristik yang ada pada game. Menurut peneliti dari Nottingham Trent University, Mark Griffiths, game online memungkinkan adanya interaksi tanpa batas.
Lebih lanjut, kata dia, video game ibarat dunia yang mampu membuat kemampuan emosional seseorang terlihat. Contohnya lewat cara merespons, termasuk menunjukkan suka atau tidak suka.
Di Indonesia, studi Pokkt menunjukkan bahwa gamer terdiri dari 49 persen pengguna smartphone laki-laki dan 51 persen perempuan. Dengan kondisi ini, kemungkinan untuk bertemu dengan lawan jenis amat terbuka.
Terlebih, lebih dari 50 persen gamer berusia pada rentang 16 hingga 34 tahun. Ini mendukung klaim pakar psikologi Dr. Arthur Cassidy, bahwa aktivitas cyber-dating bisa terjadi di kalangan usia muda, terutama kelas menengah.
“Game bukan lagi untuk mengisi waktu tapi juga menikmati dunia virtual dan bertemu pasangan. Mereka yang pintar bisa menciptakan ulang dirinya dengan wujud ideal lewat game sebagai bentuk proyeksi diri,” kata Cassidy.
Ada hal lain yang juga memungkinkan bertemu pasangan di video game bisa terjadi: Kesamaan hobi. Tak seperti media sosial dan bahkan situs kencan, orang yang main game tahu bahwa mereka memiliki minat yang sama.
Itulah kenapa, Firman tak berpikir dua kali untuk melamar Cici. Ini berlaku pula untuk pasangan-pasangan lainnya yang bertemu lewat video game, apapun judulnya.
“Saya seperti menemukan sosok yang cocok dengan saya, sama-sama suka game. Tapi di sisi lain saya juga salut dengan kepribadian Cici yang rajin dan perhatian pada orangtuanya,” tutur Firman.
***
Main video game berbagai genre lebih seru dengan top up voucher game termurah di itemku! Nikmati juga berbagai diskon belanja dan penawaran harga spesial khusus untuk kamu, pelanggan setia itemku.