The Godfather punya peran cukup besar dalam membentuk persepsi orang-orang soal mafia. Karena film ini, banyak yang percaya bahwa mafia haruslah berpakaian necis: Mengenakan jas, kemeja, lengkap dengan dasi dan sepatu kulit. Oh, mereka juga mesti licik sekaligus kejam.
Gambaran seperti itu yang juga coba Kim Hee-won tampilkan lewat Drama Korea berjudul Vincenzo. Ketika iseng menontonnya, saya sempat sangsi. Namun, semakin bertambahnya episode saya ketagihan dan sekarang malah tak sabar menunggu tiap minggu untuk episode terbaru.
Hehehe..
Vincenzo berfokus pada sosok bernama Park Joo-hyung. Saat bocah, ia diadopsi oleh Fabio, kepala keluarga mafia Cassano. Hidupnya lantas berubah total. Namanya berganti menjadi Vincenzo, ia pindah ke Italia, dan bekerja sebagai pengacara untuk mafia. Orang-orang memanggilnya consigliere.
Suatu hari, Fabio meninggal. Paolo, putra kandung Fabio sekaligus pemimpin baru keluarga Cassano, mencoba membunuh Vincenzo yang tentu saja gagal. Kendati begitu, Vincenzo merasa terancam jika tetap di Italia. Ia lantas pergi ke Seoul untuk mengambil emas tersembunyi di sebuah gedung.
Tiba di Seoul, ia malah terlibat perseteruan lain. Kali ini dengan perusahaan Babel bersama antek-anteknya. Dari sinilah kisah Vincenzo bermula.
Organisasi kejahatan di video game
The Godfather dan Vincenzo adalah sedikit dari banyak film serta serial yang coba menggambarkan sosok mafia. Mafia sendiri, sementara itu, juga hanya segelintir dari begitu menjamurnya organisasi kejahatan di ranah film. Lantas, bagaimana dengan video game?
Menilik sejarah, keberadaan mafia di video game sudah tercium sejak lama. Free Game Tips menyebut bahwa hampir semuanya terinspirasi dari beberapa film bertema sama. Godfather salah satunya. Satu judul lain: Los Intocables, film gangster Amerika yang hasil karya Brian De Palma.
Film-film itu lantas menjadi ide di balik hadirnya organisasi kejahatan di game-game yang tersedia untuk Amstrad CPC, Comoodore 64, hingga NES. Bahkan ada beberapa game yang betul-betul menggunakan ‘mafia’ sebagai judul, seperti game terbitan Igelsoft yang hadir di Commodore 64.
Ketika game-game tersebut rilis, omongan-omongan soal mafia memang tengah panas. Di Amerika, bos mafia terkenal bernama Michael Franzese alias ‘Yuppie Don’ jadi buruan pihak berwajib karena skandal gas. Konon, dia juga menggelapkan pajak bensin hingga 290 juta dolar.
Setelah bertahun-tahun, aksinya terkuak. Franzese akhirnya ditangkap pada 1985.
Pada masa sekarang, kisah-kisah serupa tampak jarang terlihat. Namun, bukan berarti tema mafia tak lagi relevan. Drama Korea Vincenzo baru tayang tahun ini contohnya. Sosok Franzese bahkan sempat diangkat ke layar lebar lewat film berjudul God The Father (2014).
Video game juga seperti itu. Kendati tak sesemarak dahulu, tema mafia dan organisasi kejahatan lain, sebutlah gangster serta yakuza di Jepang sana, nyatanya masih kerap diangkat sebagai tema utama. Beberapa terinspirasi dari dunia nyata, sebagian lagi murni fiksi.
Grand Theft Auto (GTA) jelas mesti berada di urutan pertama. Game ini muncul kali pertama pada 1997 dengan membawa tema gangster. Hingga sekarang, sudah lebih dari sepuluh judul GTA dan Rockstar, pengembang game ini, masih setia pada tema tersebut.
Orang-orang sangat menyukai tema kejahatan yang ada di GTA, tetapi tak sebatas karena itu. Game ini populer karena, salah satunya, upaya mereka menggambarkan bagaimana gangster bekerja. Selama game berlangsung, kita bisa berbuat seenaknya di samping misi yang mesti dijalankan.
Kendati demikian, game ini sarat kontroversi. Pertama-tama, tema kebebasan dan kejahatan di sana dianggap bisa memicu hal serupa di kehidupan nyata. Kedua, beberapa edisi GTA, salah satunya San Andreas, seolah memperkuat stereotipe bahwa gangster identik dengan kulit hitam.
Namun, semua kontroversi itu memang jadi tujuan hadirnya GTA. Bahkan, Take-Two selaku perusahaan induk Rockstar kabarnya sengaja menyewa jasa humas khusus untuk membuat kontroversi di depan publik. Hasilnya mencengangkan karena dengan begitu GTA justru laris manis.
Selain GTA, masih banyak game kontemporer bertema organisasi kejahatan lainnya. Ada Sleeping Dogs yang amat populer, trilogi Mafia, hingga salah satu masterpiece desainer game Toshihiro Nagoshi: Yakuza, yang sudah mengeluarkan lima judul berbeda.
Judul-judul itu menunjukkan bahwa organisasi kejahatan masih jadi tema yang menarik di mata para pengembang dan gamer masa kini. Ini juga bukti bahwa seperti film dan series, topik organisasi kejahatan seperti mafia juga tak kalah seksi.
Beberapa mungkin akan menyebutnya tak layak, terutama untuk anak-anak, karena membawa kejahatan. Namun, seperti film dan series, game hadir sebagai sarana hiburan. Plus, ini fiksi. Lagi pula, semua game masa kini punya rating untuk mengkategorikan usia gamer.
***
Beli voucher Steam Wallet, ya, di itemku! Udah hemat, gampang, cepat pula. Langsung cus aja!
Untuk press release, iklan, dan kerja sama lainnya dapat mengirim email ke [email protected].