Experiment 101 berhasil membius para gamer ketika mengumumkan proyek Biomutant sekitar tiga tahun lalu. Namun, sejak saat itu, proyek game ini seolah menghilang tanpa adanya kejelasan. Barulah ketika memasuki 2021, tanggal rilisnya muncul secara resmi, tepatnya 24 Mei kemarin.
Kami coba membahas sekilas apa saja yang bisa kita ambil dari game ini.
Grafis oke bukan jaminan
Tatkala diumumkan pada 2017, Biomutant membawa gimmick serupa Crysis Remastered. Embel-embelnya adalah grafis ciamik. Jika Crysis hadir dengan resolusi 8K, Biomutant menjanjikan keunikan dalam hal art direction-nya.
Ekspektasi terjawab ketika gamenya rilis. Upaya untuk menyajikan grafis jempolan bisa dibilang berhasil. Namun, ini tak bikin gamenya bagus. Malah, sejumlah review menyebut ada cacat di sana-sini.
Penyebabnya? Biomutant tak mampu menyajikan gameplay yang oke. Kita mungkin masih bisa menikmatinya, tetapi akan cukup banyak kita temui misi yang repetitif dan adegan pertarungan yang terasa kasar.
Skenario adalah tulang punggung video game
Kata sutradara Joko Anwar, skenario adalah tulang punggung film. Saya rasa kalimat itu juga bisa diterapkan pada video game. Karena merupakan tulang punggung, game akan sangat bertumpu pada aspek tersebut.
Sayangnya, skenario justru jadi kelemahan utama Biomutant. Game ini coba mengambil tema post-apocalypse dengan gaya pengisahan bak dongeng khas RPG western. Penulisan naskah yang buruk membuat aspek ini terasa hambar.
Sepanjang game berlangsung, kita bakal dihadapkan pada beberapa opsi dialog khas game-game dengan interactive story. Namun, semua opsi yang dipilih tak memengaruhi jalan cerita.
Topik dunia pasca-kiamat masih relevan
Rasanya sudah puluhan game yang hadir dengan mengambil tema dunia pasca-kiamat. Kabar baiknya, Biomutant yang juga menggunakan tema serupa tidak mengambil fokus yang sudah umum.
Game ini tak terjebak dengan topik zombi-zombian atau robot-robotan. Sebaliknya, ia hadir dengan dunia ketika hewan-hewan berevolusi atau bermutasi dan menggantikan keberadaan manusia yang sudah punah.
Hal ini membuktikan bahwa topik dunia pasca-kiamat masih relevan di video games. Kuncinya satu: Tidak membawa topik yang itu-itu saja.
Sudah saatnya developer menyelipkan opsi bahasa Indonesia
Sudah banyak game mobile yang menyelipkan opsi bahasa Indonesia, baik untuk gameplay atau pun sekadar pada tampilan menu. Meski kerap bermasalah secara translasi, upaya ini adalah hal positif.
Biomutant juga coba menyajikan hal tersebut. Ini patut diapresiasi mengingat tak banyak game dengan nama besar yang coba membawa bahasa Indonesia. Terlebih, opsi ini benar-benar muncul pada semua aspek dalam game.
Tak banyak hal positif dari Biomutant. Proyek yang sudah digembor-gemborkan cukup lama nyatanya tak sebanding dengan kualitas yang dibawa. Jika tetap tertarik memainkannya, keputusan ada di tanganmu.
***
Beli voucher PSN, ya di itemku! Udah hemat, gampang, cepat pula. Langsung cus aja!
Untuk press release, iklan, dan kerja sama lainnya dapat mengirim email ke [email protected].