Silakan Anda buka Twitter, lalu ketik Barry Rejaya Suryadi pada kolom pencarian. Setelah menekan enter, akan terlihat beberapa akun luar negeri yang menyebut-nyebut nama itu.
Tak ada yang tahu pasti siapa sosok tersebut. Melihat namanya, besar kemungkinan dia orang Indonesia. Namun, ia bukan dikenal untuk hal positif, melainkan karena kelakuan barbarnya di media sosial.
Barry jadi bahan perbincangan setelah pro player Counter Strike: Global Offensive Timo Richter membagikan beberapa tangkapan layar melalui Twitter pribadinya. Di sana terlihat bahwa Barry mengata-ngatai Richter dengan berbagai umpatan kasar.
Usut punya usut, ternyata ini bukan kali pertama Barry bertingkah demikian. Dalam balasan Twitter Richter, beberapa akun lain juga mengaku sudah sering menerima makian dari Barry, bahkan sejak dulu. Pemain CS-GO lain seperti Owen Butterfield salah salah satunya.
“OMG its f**king Barry, he has wrote me since 2017,” tulis Owen.
Awal tahun lalu, hal yang agak mirip juga terjadi. Kali ini dikeluhkan oleh gamer asal Singapura. Lewat sebuah unggahan di Reddit, ia mengeluhkan kelakuan gamer Indonesia lain di Mobile Legends. Ini tak terjadi sekali-dua kali, tetapi berkali-kali.
Ia bercerita bahwa banyak gamer Indonesia yang mengata-ngatainya sok ‘Inggris’ karena selalu menggunakan bahasa Inggris. Orang itu cuma heran. Mau bagaimana lagi, dia memang terbiasa menggunakan bahasa Inggris yang notabene bahasa resmi Singapura.
Beberapa kali ia sempat membalas makian tersebut. Namun, karena kalah jumlah, ia selalu mengalah. Pada akhirnya Reddit yang jadi tempatnya mengeluh sekaligus memaki. “Sorry if i offended anyone, but if you are one of the players i mentioned, f’*ck you again!”
Dua kisah tersebut seolah semakin menegaskan imej gamer Indonesia sebagai gamer barbar alias punya kelakuan ‘toxic’. Menyedihkannya, ini sudah lumayan terkenal di mata dunia. Bahkan, dengan sesama gamer lokal pun, kelakuan-kelakuan ‘toxic’ juga kerap terjadi.
Kenapa ada gamer ‘toxic’?
Di sebagian besar game online, gamer terbiasa menyembunyikan identitas mereka. Yang akan kita lihat di game pada akhirnya hanya nickname. Dengan begini, orang-orang yang kita temui di video game sifatnya adalah anonim alias tanpa identitas.
Jeremy Blackburn dan Haewon Kwak dari Telefonica Research Barcelona menilai bahwa status anonim itu yang jadi pemicu munculnya perilaku toxic. Tanpa adanya tatap muka, keinginan untuk bertindak agresif akan muncul secara alami, terlebih jika tak saling kenal.
Khusus Indonesia, pada dasarnya ini tak cuma terjadi di ranah game. Perilaku toxic juga mencakup seluruh aspek lain di internet. Salah satu penyebabnya kurang lebih sama: Status anonim dan jangkauan jarak, sesuatu yang memang memungkinkan di internet.
Pengamat sosial media sekaligus pengajar di Fisip Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) Yohannes Widodo punya pendapat yang agak berbeda. Menurut dia, pola bersosial media netizen Indonesia yang cenderung kurang sopan terjadi karena hilangnya batas psikologis.
“Dalam komunikasi sehari-hari kita terkondisi untuk menjaga sopan santun, misalnya dalam komunikasi dengan orang tua. Ada batas psikologis di sana. Di media sosial, batasan psikologis dan penghargaan itu nyaris hilang,” kata Yohannes, dilansir Kompas.
Belum lama ini, Microsoft merilis laporan tahunan yang mengukur perilaku atau tingkat kesopanan netizen di 32 negara termasuk Indonesia. Netizen paling sopan secara global adalah Belanda, sedangkan di lingkup Asia Tenggara diduduki oleh Singapura.
Indonesia? Ada di urutan terbuncit Asia Tenggara dan peringkat 29 dari 32 Negara. Peringkat netizen kita hanya lebih baik dari Meksiko, Rusia, dan Afrika Selatan. Hiks 🙁
Pemerintah lantas menanggapi laporan itu secara serius. Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate sampai membentuk Komite Etika Berinternet atau Net Ethics Committee (NEC). Kata dia, komite ini bertujuan menciptakan ruang digital yang lebih sehat dan beretika.
“Indonesia menduduki peringkat ke-29, menjadikan Indonesia sebagai negara dengan posisi bawah, di antara negara-negara Asia Pasifik lainnya,” kata Johnny dalam konferensi pers. “Kominfo mengambil langkah yang strategis, kolaboratif dan berkelanjutan dengan membentuk Net Ethics Committee.”
Mengingat isu ini sampai menjadi bahasan Nasional, tampaknya sebagian gamer dan netizen Indonesia memang sedemikian barbar.
***
Beli voucher Steam Wallet, ya di itemku! Udah hemat, gampang, cepat pula. Langsung cus aja!
Untuk press release, iklan, dan kerja sama lainnya dapat mengirim email ke [email protected].