Bill Gold – Poster-poster film selama ini punya kecenderungan untuk lebih menonjolkan karakter-karakter dalam film dan disajikan secara bertumpuk dengan dimensi yang masing-masing berbeda. Karakter paling penting biasanya ditaruh di bagian tengah dengan ukuran paling besar. Di sejumlah bagian lain, bisa di bawah atau atas, bisa di sudut kiri atau kanan, deretan karakter pendukung juga ikut disertakan.
Beli akun Netflix termurah hanya di itemku. Udah hemat, gampang, cepat pula! Klik di sini untuk mulai belanja. Jangan lupa ikuti akun Instagram dan Twitter EXP untuk konten menarik lainnya.
Celakanya, seperti tak ada ide untuk melakukan kustomisasi. Paling banter, ya, cuman penggunaan warna, huruf, dan atribut-atribut tambahan lain. Sementara karakternya, kalau tidak menghadap ke depan, berarti mereka akan dipaksa berpose candid. Hampir selalu begitu. Hvft..
Nah, saat kebanyakan studio film seperti punya template yang melulu seperti itu, Bill Gold, seorang seniman grafis legendaris asal Amerika Serikat, biasa menyajikan hal berbeda. Bagi Gold, poster merupakan salah satu unsur terpenting sebuah film dan karena itu tidak boleh digarap semena-mena dengan pakem yang itu-itu saja.
“Aku tahu persis seperti apa poster film,” kata Gold, dilansir New York Times. “Aku juga telah melihat segala sesuatu yang MGM, Paramount, dan semua perusahaan film lakukan dan aku tidak pernah menyukai apapun yang kulihat. Mereka selalu coba menonjolkan tiga kepala aktor, dan itu telah menjadi konsep yang mereka gunakan.”
“Saat aku mulai bekerja, aku berpikir: aku tidak ingin hanya menggunakan konsep dengan tiga kepala di dalamnya. Aku ingin sebuah cerita.”
Apa yang diungkapkan Gold itu kemudian ia ejawantahkan sendiri pada poster-poster film yang pernah ia bikin. Dengan daya kreasi yang tiada batas, Gold coba membuat poster yang tak hanya menarik minat orang-orang karena ketenaran aktor yang dijejerkan dengan ukuran besar, tetapi juga cerita yang coba dilukiskan.
Variasi ceritanya pun bermacam-macam. Di satu waktu, ia bisa menonjolkan drama. Di waktu lain, aspek misteri adalah yang coba ia kedepankan.
Salah satu karya Gold yang paling diingat publik adalah poster untuk The Exorcist, film horor populer yang tayang pertama kali pada 1973 lalu. Pada poster film itu, Gold dengan tegas dan cermat menggambarkan situasi yang teramat mencekam sebagaimana filmnya: mulai dari pemilihan warna hitam putih hingga jenis font yang digunakan.
Namun, ia menyisakan misteri di sana. Penggunaan warna hitam dan putih nyatanya tak cuman ia gunakan untuk menegaskan kesan horor yang gelap, tetapi juga untuk membuat kita bingung sebab segala yang digambarkan di sana terlihat samar-samar. Kita dibikin tak tahu ke mana arah pandangan sosok yang ia selipkan pada poster itu, sekaligus juga tempat yang coba digambarkan.
Pada poster film Alien (1979), Gold kembali menyajikan hal yang hampir serupa. Ia melukiskan aspek teror dengan tegas lewat lima tulisan ‘ALIEN’ berukuran besar dan siluet sejumlah manusia berwarna merah dengan ukuran yang lebih kecil di sudut bawah.
Penggunaan tulisan ‘ALIEN’ berukuran besar bertujuan untuk menggambarkan sosok alien yang pada filmnya berukuran dua setengah meter lebih. Sementara sosok manusia di bawahnya, yang berwarna merah, menunjukkan teror dan ketakutan yang disebabkan.
Soal menyajikan cerita lewat poster ini sendiri, kritikus desainer grafis asal Amerika bernama Michael Bierut, pernah mengatakan bahwa hal itu sebetulnya mustahil dilakukan, apalagi sampai seolah-olah bisa memberi nyawa dan merangkum keseluruhan isi film. Tapi bagi Gold, lanjutnya, hal itu tidak berlaku.
“Sebuah gambar yang statis, secara teori, tidak mungkin memiliki kekuatan yang sama seperti 90 menit pada film,” kata Bierut kepada Hollywood Reporter. “Namun, ia entah bagaimana bisa merangkum semua yang akan Anda miliki selama 90 menit itu.”
Berawal dari Brooklyn
Bill Gold, yang lahir di Brooklyn pada 3 Januari 1921, memang sudah menyukai dunia ilustrasi sejak kecil. Selain itu, seperti pengakuan istrinya, Susan, Gold juga sangat menyukai film. “Dia suka film,” katanya suatu kali.
Pada 1930-an, saat masih bersekolah di SMA Samuel J. Tilden, ia biasa menggambar dan menyalin ilustrasi di berbagai majalah. Kesukaan itu kemudian membuat ia rutin membuat ilustrasi dan karena itulah bakatnya semakin berkembang. Ia kemudian melanjutkan studi ke Pratt Institute, tempat di mana ia benar-benar mempelajari ilustrasi secara khusus.
Di sinilah segalanya bermula.
Perang dunia II masih berkecamuk saat Gold menyelesaikan studinya di kampus tersebut. Walau demikian, itu tak lantas membuat ia kesulitan mengembangkan karier. Kebetulan pula, medium film tengah merangkak mencari celah kala itu yang artinya ada peluang besar. Maka pada 1942, ia mendapat kesempatan bergabung dengan Warner Bros, studio film di Manhattan yang kelak kita kenal sebagai salah satu studio penghasil film-film fantasi aksi terbaik.
Poster untuk film Casablanca (1942) –film yang sempat memenangkan Oscar untuk katagori best picture— adalah karya pertamanya yang mendapat atensi besar. Pada poster itu, ia sebetulnya hanya menggunakan pakem yang amat biasa: menonjolkan kepala sejumlah karakter yang dijejerkan secara acak.
Walau demikian, secara artistik, poster-itu benar-benar bisa dinikmati. Baik dari segi warna hingga tata letak. Dan, seperti biasa, ia menyelipkan cerita di sana. Semiotikanya benar-benar bermain.
“Aku diberi tahu bahwa semua karakter di film sangat penting, jadi aku ingin memasukkan mereka ke dalam poster,” katanya mengomentari poster Casablanca.
“Aku meletakkan mereka di latar belakang dan menaruh Ingrid Bergman (salah satu karakter dalam Casablanca) di depan mereka, di sisi kiri Humprey Bogart (karakter lain). Tapi aku ingin dia terlihat agak di belakangnya. (Sebab) Aku tidak ingin memberi tahu bahwa ada hubungan asmara di sana.”
Gold kemudian mengajukan posternya tersebut pada studio dan langsung disetujui. Hanya, mereka punya satu permintaan khusus: membikin Bogart bak seorang ‘bintang’.
Lalu apa yang dilakukan Gold?
“Jadi aku kembali untuk menaruh pistol di tangannya (tangan Bogart).”
Pada 1960-an, setelah ia bergabung dengan tentara Amerika dan sempat membantu produksi film-film pelatihan militer di sana, Gold mendirikan Bill Gold Advertising. Di masa-masa ini, ia menciptakan banyak poster film dengan sentuhan warna-warna populer yang ramai, cerah, dan lebih rumit ketimbang poster-poster sebelumnya. Poster film The Music Man (1962), misalnya.
Pada poster film musikal itu, ia menonjolkan dua sosok yang merupakan ilustrasi seorang laki-laki dan perempuan yang terlihat berbahagia. Sang pria yang menggunakan baju berwarna ungu diilustrasikan meniup terompet sembari menggandeng perempuan yang tersenyum di sebelahnya. Di sisi kiri dan kanan, berbagai ornamen dan teks berwarna-warni turut diselipkan.
Gaya poster Gold kemudian agak berubah pada 1970-an, saat dunia mulai agak stabil dan jauh dari peperangan. Kesan yang ditampilkan lebih sederhana, warna-warna yang digunakan pun jarang ada yang lebih dari tiga palet. Selain itu, secara pengisahan, efisiensi lebih ditonjolkan, misalnya pada poster The Exorcist (1973) dan Alien (1979) yang sempat saya bahas sebelumnya.
Gaya semacam ini terus digunakan Gold dengan penyesuaian-penyesuaian tertentu sampai akhirnya era digital masuk.
Pada 2003, setelah menggarap poster Mystic River (2003), Gold memutuskan istirahat dari dunia ilustrasi. Namun pada suatu hari di masa-masa istirahatnya, sebuah telepon datang dari sutradara yang juga seorang produser film, Clint Eastwood. Gold secara khusus diminta kembali membikin sebuah poster untuk film J. Edgar (2011). Ia menerimanya.
Tujuh Dekade Membuat Poster
Saat Bill Gold meninggal di usianya yang ke-97 pada 21 Mei 2018, seluruh dunia berduka. Media-media ternama seperti The Guardian dan New York Times bahkan membuat obituari khusus yang berisi kumpulan karya terbaik sang maestro. Ini semakin menegaskan bahwa posisinya di industri perfilman memang penting dan sudah diakui.
Gold sendiri berkarier di dunia ilustrasi selama tujuh dekade lebih. Sepanjang kariernya, ia menciptakan tak kurang dari 2.000 poster film dan sebagian besar di antaranya merupakan film-film ternama, mulai dari Casablanca (1942) hingga Mystic River (2003).
Dari sekian banyak poster tersebut, berbagai gaya, perpaduan warna, teknik, dan medium, telah ia gunakan. Sebagian poster pernah mendapat penghargaan, sebagian lagi laku keras saat dijual melalui pelelangan.
Suatu kali, Gold mengatakan bahwa keberhasilan sebuah film ditentukan oleh segala aspek di dalamnya, termasuk poster. Gold percaya, poster punya derajat yang sama dengan aspek-aspek film lain. Jika film adalah sebuah event, poster tak ubahnya sebuah undangan. Barangkali cara Gold memposisikan poster seperti inilah yang menjadi alasan utama atas segala apresiasi dan penghargaan yang ia dapat.
“Aku tidak tahu apa yang pertama kali membuat seseorang tertarik pada sebuah film –apakah itu pemerannya, atau apakah itu judulnya, atau apakah itu gambar pertama,” ucap Gold. “(Tapi) Aku percaya ini (yang membuat orang tertarik pada film) adalah kombinasi dari semua itu.”