Jika hari ini kamu bersenang-senang dengan memainkan game-game seperti Pro Evolution Soccer hingga Silent Hills, kamu pantas berterima kasih pada Kagemasa Kouzuki.
Dialah yang mendirikan Konami, pengembang game-game tersebut, pada 1969 silam di Osaka, Jepang.
Akan selalu terselip nama Konami tiap kali membicarakan salah satu perusahaan pengembang game terbaik di dunia. Toh, mereka memang seperti itu.
Namun, di balik semua pujian yang diterima, Konami pernah melakukan sejumlah dosa besar yang mencoreng nama baik mereka.
Konflik dengan Hideo Kojima
Sebagian besar gamer tahu Hideo Kojima. Dia adalah otak di balik Metal Gear, salah satu seri game yang membesarkan nama Konami.
Fox Engine yang Konami gunakan pada beberapa game, termasuk PES sejak edisi 2014 hingga 2019, juga berasal dari tangan dinginnya.
Namun, muncul konflik yang merusak hubungan Kojima dan Konami. Konon, konflik ini bermula dari proses pengembangan Metal Gear Solid V yang membutuhkan biaya sekitar 80 juta dolar.
Konami lantas mengubah studio yang Kojima bawahi, yakni Kojima Productions Los Angeles, menjadi Los Angeles Studio sebelum akhirnya menutup studio tersebut.
Nama Kojima di sampul Metal Gear Solid V juga dihapus. Pada akhir 2015, Kojima keluar dari Konami.
Tak lama setelahnya, Metal Gear mendapat penghargaan di The Game Awards tapi Konami tak mengizinkan Kojima mengambil penghargaan.
Memperlakukan pekerja dengan buruk
Sebelum menendang Kojima, muncul laporan yang mengatakan bahwa Konami memperlakukan pekerja dengan buruk, terutama mereka yang bekerja di bawah Kojima Productions.
Para pekerja tidak diizinkan terhubung ke internet. Mereka bahkan tak boleh memiliki alamat email pribadi. Untuk berkomunikasi, pekerja hanya diizinkan mengirim pesan internal.
Tak berhenti di situ. Saat makan siang, mereka hanya diperbolehkan keluar menggunakan kartu absen. Para pekerja juga tak bisa mengendap-endap sebab terpasang CCTV di hampir semua koridor.
Saat berita tersebut mengudara pada 2015 lalu, jagat game jelas gempar. Pasalnya, perusahaan game di Jepang terkenal mengutamakan kepentingan para pekerja. Nintendo contohnya.
Berlebihan menerapkan microtransaction
Sebelum Metal Gear Solid V rilis, para penggemar sudah pesimistis duluan akibat konflik Kojima dengan Konami. Hal tersebut terbukti dan bahkan jauh lebih mengkhawatirkan ketimbang yang diperkirakan.
Di game itu, pemain mesti berhadapan dengan microtransaction yang amat berlebihan. Salah satu yang paling bikin sebab adalah harga untuk membuka slot save tambahan. Untuk satu slot saja, pemain mesti membayar 10 dolar.
Hal tersebut melengkapi kekecewaan lain seperti absennya fitur stealth. Untungnya, secara keseluruhan game ini tetap layak disebut sebagai game berkualitas. Ia bahkan mendapat penghargaan di The Game Awards 2015.
Membatalkan Silent Hill
Silent Hill jadi salah satu seri yang dicintai para penggemar. Saat Konami mengumumkan seri terbarunya lewat demo berjudul Playable Teaser, para penggemar jelas antusias.
Antusiasme itu kian membumbung sebab bakal muncul aktor Walking Dead, Norman Reedus sebagai protagonis. Game ini kabarnya juga disutradarai oleh Kojima dan Guillermo del Toro.
Namun, Konami membatlkan proyek tersebut. Playable Teaser yang tadinya hadir di PlayStation Store juga mereka hapus. Kesempatan penggemar untuk melihat kolaborasi epik Kojima dan del Toro pun musnah.
Kamu bisa menebak apa penyebabnya. Yup, benar sekali, proyek Silent Hill Konami batalkan karena konflik dengan Kojima.
Yang bisa kamu simpulkan dari sana, semua dosa Konami terjadi bermula dari konflik dengan Hideo Kojima. Maka boleh jadi, keputusan bercerai dengan desainer game kenamaan tersebut adalah keputusan paling buruk yang pernah Konami ambil.