Film yang mengadaptasi Game – Bagi kalian yang senang bermain video game pasti setidaknya pernah terbersit bahwa kalian ingin melihat karakter yang kalian mainkan akan berwujud nyata, minimal di layar kaca. Termasuk penulis yang dalam hal ini adalah seorang penggiat dunia aksi virtual.
Sebelum lebih jauh, tulisan ini adalah buah pemikiran penulis yang (ngakunya) senang bermain game di berbagai platform. Penulis memiliki banyak unek-unek mengenai adaptasi video game ke layar lebar yang “begitu-begitu saja”.
Sudah banyak video game yang menjadi film layar lebar, dan tentu saja produksi Hollywood. Mungkin yang punya duit buat melakukannya cuma mereka. Sebut saja judul-judul seperti Resident Evil, Silent Hill, Assassin’s Creed, Tomb Raider adalah game yang berhasil melangkah ke layar lebar.
Namun, dari semua judul yang kami sebutkan tadi, apakah ada yang menurut kalian bagus?
Kita ambil saja franchise film yang mengadaptasi game yang paling sukses yaitu Resident Evil sebagai contoh (duh!). Film inipun terbagi dua, versi animasi (Full CG) dan versi live-action. Saya akan berbicara perihal yang versi live-action.
Live-action dari Resident Evil pertama kali diproduksi pada tahun 2002 dengan judul yang sama. Memang, film ini bukan sebuah adaptasi yang penggemar inginkan, tapi setidaknya film ini sempat memberikan harapan terhadap para penggemar dari serial permainan videonya. Hingga saat ini, Resident Evil (2002) masih menjadi film RE dengan rating paling tinggi di IMDb yaitu 6,7. Bayangkan, yang terbaiknya saja hanya 6,7.
Hingga 2017, ada 6 adaptasi versi live-action yang telah rilis. Kualitasnya? Kalian bisa tanyakan sendiri terhadap para penggemar permainannya. Banyak yang kecewa karena banyak aspek dalam game yang tidak bisa hadir ke dalam film. Kendalanya berkutat pada teknis, penulisan cerita, dan yang memang paling sulit adalah mencari aktor/aktris yang wajahnya mirip dengan karakter yang ada di dalam game.
Untuk versi full CG, mereka tidak lebih baik. Banyak cerita yang tetap melenceng padahal dalam proses produksinya produser bekerja sama langsung dengan CAPCOM (studio yang merilis serial game Resident Evil). Namun setidaknya, wajah karakter yang ada di dalamnya memiliki penggambaran sangat mirip dengan apa yang ada di dalam game. Hal tersebut dapat sedikit mengobati kekecewaan penonton.
Video game, seperti layaknya film dan aktor Hollywood, sudah memiliki basis penggemarnya masing-masing. Para penggemar tentu saja akan sangat senang jika akhirnya bisa melihat apa yang mereka sukai tayang di layar lebar dalam format live action. Nah, mereka biasanya kecewa dengan film-film adaptasi video game karena beberapa hal berikut ini:
1. Penghilangan sebagian unsur dalam game.
Seri terkenal Hitman, sudah mengalami reboot pada 2015 lalu. Reboot tersebut sedikitnya menjadi obat untuk para penggemar yang kecewa dengan film sebelumnya yang dianggap biasa saja. Namun tetap saja, film ini tidak bisa memuaskan para kritikus.
Dalam game, Agent 47 diceritakan sebagai seorang agen yang ditugaskan untuk membunuh target tanpa harus mengetahui alasan mengapa targetnya harus dibunuh. Di dalam film tersebut, Agent 47 malah diceritakan teringat akan misinya menyelamatkan seseorang.
Unsur emotionless dari sang agen inilah justru yang membuat cerita dari game Hitman menjadi seru.
2. Perubahan alur cerita
Film yang mengadaptasi game juga membawa perubahan besar dalam alur cerita. Contoh paling besar adalah Resident Evil. Seri game RE punya basis penggemar yang kuat dan cukup fanatik di seluruh dunia. Filmnya dalam hal ini, mengubah banyak unsur penting dalam game termasuk dalam hal cerita. Selain itu, tokoh utama Resident Evil pun merupakan seseorang yang sebelumnya tidak ada dalam satu game pun, yaitu Alice. Sedangkan, Resident Evil memiliki karakter berbeda di setiap game-nya yang bisa menjadi ikon pada masing-masing game tersebut.
3. Merangkum cerita menjadi sebuah film berdurasi 2 jam tidaklah mudah
Ini sih yang memang jadi faktor utama sulitnya membuat sebuah film adaptasi video game memiliki kualitas yang bagus. Rata-rata, sebuah game modern memiliki play time lebih dari 5 jam dan melibatkan banyak unsur serta adegan play-able yang memang sulit untuk divisualisasikan. Namun, sebenarnya jika film adaptasi video game bisa bekerja sama dengan orang-orang yang mumpuni bukan tidak mungkin kita bisa melihat hasil yang bagus di kemudian hari.
***
Artikel ini adalah karya Rizqan Alfarisi. Kamu juga bisa menulis di EXP dengan cara berikut ini.
***
Beli voucher game dan top up game termurah, aman dan cepat hanya di itemku!
Nikmati kemudahan top up voucher game favoritmu dengan metode pembayaran yang mudah bisa cicil maupun via pulsa!
Yuk, buka website itemku sekarang juga!