Orang-orang mendadak maniak cryptocurrency (mata uang kripto). Di media sosial, kita akrab dengan seseorang yang menyebut-nyebut ‘cuan’, short dan long, staking, Bitcoin (BTC), Ethereum (ETH), Binance (BNB), Cardano (ADA), Ripple (XRP), dan sebagainya. Ah, satu lagi: Doge (Hai, Elon Musk!).
Beberapa koin di atas, termasuk BTC dan ETH, menggunakan teknologi blockchain sebagai basisnya. Kira-kira dapat kita maknai sebagai sistem penyimpanan data digital yang berisi banyak server. Nah, data yang termuat di sini dapat direplikasi sekaligus diverifikasi oleh server lain.
Hal tersebut jadi kelebihan utama blockchain. Ketika melakukan transaksi, seseorang tak lagi membutuhkan atau bergantung pada server pusat atau apa pun sebutannya. Karakteristik ini juga memungkinkan pengguna untuk memegang akses penuh alias tak bergantung pada otoritas tertentu.
Blockchain, yang pertama kali muncul pada 2011, mulanya berdiri sebagai jurnal terbuka yang terdesentralisasi. Namun, semakin hari fungsinya semakin melebar dan berkembang. Di sektor finansial, teknologi ini dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, termasuk sebagai basis uang kripto.
Ada BTC yang saat ini merupakan salah satu mata uang kripto termahal sekaligus punya kapitalisasi pasar tertinggi. Karena BTC sukses, mata uang kripto lain juga bermunculan dan turut menggunakan teknologi yang tersedia pada blockchain. Ethereum dan Ripple adalah dua di antaranya.
Usut punya usut, video game ternyata juga sempat bersinggungan dengan teknologi tersebut.
Tahunnya adalah 2015. Kala itu, seorang ahli geofisika asal Amerika Serikat, Tyler Smith, mengemukakan bahwa ada potensi sumber daya baru yang belum terjamah sepenuhnya dan bahkan belum banyak yang menyadarinya. Yang ia maksud adalah aset virtual di dalam game.
Kuncinya satu: Mesti ada teknologi dan infrastruktur yang bagus untuk bisa memanfaatkannya.
Berangkat dari klaim tersebut, Smith menciptakan FreeMyVunk. Ini adalah platform dengan teknologi blockchain yang bertujuan untuk menciptakan pasar sekunder dalam jual beli aset game. Karena basisnya blockchain, konsepnya adalah perdagangan terdesentralisasi.
Smith ingin para gamer bisa memiliki wadah sekaligus sistem baru untuk memperdagangkan aset virtual mereka. Semua terjadi langsung dari satu dompet digital khusus, baik untuk transaksi dalam game mau pun lintas game. Ini yang jadi keunggulan utama FreeMyVunk.
Semua itu memungkinkan karena, menurut Smith, aset virtual bisa lebih mudah terdistribusikan jika diubah menjadi semacam token tersentralisasi. Dengan begitu, skin senjata di Counter Strike: Global Offensive, misalnya, dapat kita gunakan di League of Legends.
Kedengarannya tak masuk, tetapi yang terjadi memang demikian.
Aset-aset yang ada di FreeMyVunk sendiri menggunakan token $VUNK yang berjaringan Ethereum untuk transaksi perdagangan. Siapa pun yang memiliki serta menggunakan dompet digital yang mendukung token tersebut, bisa melakukan transaksi secara bebas di FreeMyVunk.
Ketika proses terjadi, blockchain yang ada di dalamnya akan berperan sebagai database. Semua aset akan terlacak, termasuk siapa yang memilikinya, lalu menyimpannya dengan aman. Yang menarik, para pemilik VUNK punya hak untuk bersuara pada tiap keputusan di dalam platform.
Konsep seperti ini adalah hal baru, tetapi banyak yang mengacungkan jempol. Di sisi lain, FreeMyVunk mulai mendapat kepercayaan dari pihak lain, termasuk para pengembang game yang sepakat berkolaborasi untuk menciptakan penerbitan dan pendaftaran aset di dalam game.
Dilansir Atelier, masa awal FreeMyVunk terbilang sukses. Mereka mendapatkan sekitar 2000 pemegang token saat kali pertama diperkenalkan. Semua pemilik akan tergabung di sebuah grup Slack. Di sanalah mereka bisa menyampaikan saran, kritik, dan berbagai diskusi lainnya.
Sayangnya, proyek itu tak bertahan lama. Smith menilai ide yang ia bawa muncul terlalu cepat saat orang-orang belum terlalu terbiasa. Pada 2016, proyek ini akhirnya terhenti. Namun, keberadaan singkat FreeMyVunk cukup untuk bikin orang-orang sadar bahwa industri video game tak sesempit itu.
Di sisi lain, hadirnya platform bikinan Smith tersebut juga menjadi penanda sekaligus pengingat bahwa blockchain bukan cuma soal mata uang kripto.
***
Beli voucher Steam Wallet, ya, di itemku! Udah hemat, gampang, cepat pula. Langsung cus aja!
Untuk press release, iklan, dan kerja sama lainnya dapat mengirim email ke [email protected].