Rumor sudah berembus kencang sejak lama. Namun, detailnya baru akan kita lihat begitu E3 (Electronic Entertainment Expo) resmi digelar. Inilah kenapa, salah satu ajang pameran game tahunan terbesar di dunia itu selalu ditunggu-tunggu kedatangannya.
Para gamer, studio, publisher, perusahaan konsol, media. Semuanya.
Kamu benci tukang pamer? Silakan saja, tetapi saya berani jamin bahwa kamu justru bakal menyukai segala bentuk pamer yang ada di E3.
Kalau masih muncul perasaan benci, mohon maaf, berarti kamu bukan termasuk golongan kami. Hiya hiya hiyaa…
Sebelum ada E3, para pegiat industri game mengenal Consumer Electronics Show (CES). Ajang ini muncul dua tahun sekali di Chicago.
Namun, ia tak secara khusus memamerkan video game. CES benar-benar mencakup semua teknologi, termasuk alat-alat elektronik seperti mesin cuci.
Video game belum sesemarak sekarang kala itu. Alhasil, para developer dan publisher mendapatkan pelayanan yang buruk.
Di CES, mereka kerap kali mendapat tempat di bagian paling belakang selama pameran. Untuk bisa lolos sebagai salah satu penampil pun mesti berjuang ekstra keras.
Tak heran jika para pegiat game geram dengan perlakuan tersebut, termasuk CEO Sega Amerika kala itu, Tom Kalinske.
“Saya kesal dengan sikap CES yang memperlakukan industri game seperti itu,” tutur Kalinske.
Kekesalannya tak cuma tergambat lewat mulut. Pada CES edisi berikutnya, Sega memutuskan absen. Beberapa perusahaan game lain juga turut tak menyeratakan diri di pameran teknologi tersebut. Pelan-pelan, meski tak semuanya, para pegiat industri game mulai lepas dari CES.
Selama bertahun-tahun tak ada pameran khusus game dalam skala besar yang digelar. Beberapa perusahaan memilih melakukan pameran sendiri. Lagi pula, upaya menghadirkan pameran bersama bakal sulit sebab perhatian terhadap industri game memang sangat kurang.
Asa baru muncul pada 1994. Waktu itu, beberapa pegiat industri game sepakat mendirikan IDSA (kini akrab sebagai Asosiasi Perangkat Lunak Hiburan atau ESA). Organisasi ini punya tujuan besar: Membuat video game lebih diperhatikan orang-orang.
Lahirnya IDSA benar-benar mengubah industri video game. Tak lama setelah organisasi itu berdiri, berbagai agenda besar bermunculan.
Salah satunya berbentuk pameran video game yang diusulkan oleh Pat Ferrel, sosok di balik majalah GamePro. Dari situlah muasal lahirnya E3.
Tapi yang terjadi tidak semudah kedengarannya.
Rintangan-rintangan E3
Pada suatu kamis tahun 1994, Ferrel mempresentasikan ide pameran video game yang dia usulkan. Presentasi itu berlangsung di hadapan para anggota dewan IDSA. Ferrel yang memang percaya diri mampu mempresentasikan semuanya dengan sempurna.
Esoknya, presentasi lain bakal berlangsung. Kali ini, dia mendatangi kantor Electronic Arts (EA). Presentasi ini penting sebab EA adalah salah satu perusahaan game berpengaruh kala itu. Jika EA bergabung, dampaknya akan sangat baik bagi rencana pameran Ferrel.
Sebelum hari besar itu tiba, Ferrel tengah menyantap pasta lezat di salah satu restoran. Dia baru saja melangsungkan presentasi di hadapan dewan IDSA sehingga mungkin ini adalah cara Ferrel mengapresiasi diri. Namun, kesenangan itu tak berlangsung lama.
Seseorang mendatanginnya dan memberitahu sesuatu yang membuat pasta Ferrel terasa hambar. Seseorang itu bilang bahwa ternyata, jadwal presentasi mestinya berlangsung pada Kamis. Para petinggi EA saat itu sudah menunggunya tetapi tak ada kabar dari Ferrel.
Usut punya usut, Ferrel tengah berada di restoran yang menerapkan kebijakan ketat soal penggunaan ponsel.
Selama di restoran itu, orang-orang EA sudah berulang kali menghubunginya. Apa boleh buat, Ferrel tak bisa meresponsnya sama sekali.
“Saya akhirnya datang ke kantor EA seperti kelelawar yang baru keluar dari sarang. Rupanya ada kesalahan kalender dalam undangan,” ungkap Ferrel.
Yang jadi masalah bukan hanya karena dia terlambat. Ferrel juga belum merapikan presentasi yang mestinya dia sampaikan kepada EA.
Untungnya, Ferrel mengenal beberapa petinggi perusahaan tersebut. Lagi pula dia adalah orang media, mustahil EA mengabaikannya.
Edisi pertama E3 berlangsung pada 11 Mei 1995 di Los Angeles Convention Center. Meski ada 50.000 orang yang hadir, ajang ini sempat memicu polemik terlebih dahulu.
Persoalannya, beberapa perusahaan game menganggap bahwa CES-lah yang mesti dijadikan pameran game utama.
Perusahaan besar seperti Nintendo masih sangat mendukung CES (bukti lain kenapa Nintendo sempat dianggap kolot).
CEO Howard Lincoln beranggapan bahwa CES lebih terjamin dan bergengsi karena sudah berpengalaman menyelenggarakan pameran sejak dulu. Kemudian ada Microsoft dan beberapa perusahaan lain.
Namun, untuk apa bertahan di tempat yang bahkan tak memberi penghargaan tinggi? Pada akhirnya perusahaan-perusahaan itu beralih dan sepakat memilih E3.
Keberadaan Ferrel juga memegang peran penting. Lewat presentasi demi presentasi, ia berhasil meyakinkan para perusahaan besar untuk memilih E3.
Bahkan ketika ia terlambat mendatangi kantor EA, Ferrel masih mampu menjelaskan semuanya dengan baik.
“Setelah presentasi hari itu saya sadar bahwa dasi saya masih terselip, kemudian ada sedikit noda saus tomat di baju,” tutur Ferrel.
Sejak hari itu hingga edisi tahun ini, E3 menjadi ajang pameran game paling bergengsi. Semua menyukainya: Para gamer, studio, publisher, perusahaan konsol, media.
***
Beli voucher PSN, ya di itemku! Udah hemat, gampang, cepat pula. Langsung cus aja!
Untuk press release, iklan, dan kerja sama lainnya dapat mengirim email ke [email protected].