Warganet yang hobi main game pasti paham bahwa game mobile punya tempat tersendiri di hati para gamer, dan bukan dalam arti positif.
Game-game mobile sering dicap murahan, simplistis, buang-buang duit, atau dibenci karena banyak bocahnya. Mungkin ada benarnya, tapi tentu saja tidak semua game mobile demikian adanya.
Karena itu, saya hendak menawarkan beberapa alasan mengapa kamu (dan teman-temanmu) masih saja menghujat game mobile. Ya, kalian ini barangkali..
Punya pengetahuan terbatas
Nggak ada salahnya main game mobile yang mainstream kayak Free Fire atau Mobile Legends. Cuma, kalian mesti paham bahwa game mobile bukan cuma mereka-mereka aja.
Kalian pasti pernah denger Monument Valley dong?
Atau game-game Amanita Design seperti serial Samorost dan Machinarium?
Atau Leo’s Fortune, Suzy Cube, Oddmar, Mini Metro, Sally’s Law, Horizon Chase, Evoland, JYDGE, holedown?
Belom pernah? Pantesan.
Nggak punya duit
Semua game yang saya sebut di poin sebelumnya adalah game-game berbayar. Ya, nggak semua game mobile adalah game gratisan yang memaksa kamu nonton iklan setiap dua menit sekali.
Game-game Amanita Design (kecuali Samorost 2) dibanderol Rp40.000. Monument Valley 2 dijual seharga Rp75.000, dan dengan harga Rp149.000, JYDGE dihargai lebih mahal daripada game PC Subnautica.
Kalo, setelah melihat harganya, kata pertama yang terlintas di kepala kalian adalah mending, mungkin kalian memang belum siap hidup enak.
Pake henpon kentang
Kebiasaan menghujat kamu mungkin disebabkan ketidakmampuan henpon kalian untuk memainkan game-game berat. Mirip fabel Rubah dan Anggur karya Aesop begitu lah.
Omong-omong soal rubah, ada sebuah game bernama The First Tree. Ceritanya tentang petualangan seekor rubah dan anak kecil. Grafisnya cakep banget. Seberapa cakep? Terlalu cakep untuk henpon kentang kalian, tentunya.
Nggak percaya? Pengembangnya sendiri sampai harus menulis catatan kok.
“Please note: A fast, modern device with at least 2GB of RAM is required to enjoy The First Tree“, kata dia. Mungkin RAM udah di atas 2GB, tapi device-nya sendiri keluaran 2016 alias nggak memenuhi syarat ‘modern’. Siap-siap berteleportasi ya.
Bukan gamer
Mungkin berat bagi kalian untuk beli game semacam The First Tree, atau holedown dan Machinarium. Mungkin bagi kamu game-game itu ‘bukan game’ karena nggak ada adegan action yang intens atau karena nggak multiplayer.
Gini: Bukan game-nya yang ‘bukan game’. Kamunya yang bukan gamer.
Lebih tepatnya, kamu bukan gamer kalo nggak tahu bahwa game muncul dalam berbagai jenis dan rupa. Ada yang grafisnya lebih bagus dari kehidupan nyata, ada yang kotak-kotak. Ada yang punya banyak adegan seru, ada yang santuy kayak lo-fi hiphop. Ada yang multiplayer, ada yang sendirian.
Juga, ada yang dirilis di PC, ada yang di mobile. Masing-masing menawarkan pengalaman yang beda-beda. Tapi semuanya game.
Saran saya, coba deh beli salah satu judul yang saya sebut-sebut tadi, terus mainin. Kalo nggak suka, kamu bisa refund, kok.