Beberapa bulan sebelum pandemi menerjang Indonesia, David ‘GadgetIn’ mengulas laptop gaming terbaru keluaran ASUS. ROG (Republic of Gamers) Mothership namanya.
Dari kardusnya saja sudah bikin kita mengelus dada. Didominasi warna hitam, kardus laptop ini berukuran super besar. Kayaknya sekitar 1 x 0,5 meter, deh. Gede banget. David bahkan mesti membukanya di atas lantai, alih-alih atas meja seperti sebagian besar unboxing lainnya.
Tentu si laptop enggak sebesar kardusnya. Ukurannya ‘cuma’ 17,3 inci. Tapi, tetap saja, laptop itu amat mencolok. Mesinnya ada di bagian monitor, sedangkan bagian keyboard bisa dilepas. Juga satu lagi: Ada pencahayaan RGB yang menyala-nyala di sisi bawah monitor.
“Di bagian sini ada RGB-RGB-nya, kayak biasa,” tutur David.
Kita enggak bakal membahas laptop itu secara khusus. Yang jadi fokus adalah ucapan David: Kayak biasa. Ini seolah menegaskan bahwa pencayahaan RGB sudah lumrah di laptop gaming. Enggak heran kalau kita bakal mikir, laptop gaming ga bisa disebut laptop gaming kalau enggak ada RGB-nya.
Faktanya, bukan cuma laptop gaming yang dipenuhi warna-warni tersebut. Masih ada PC gaming, keyboard, mouse, headphone, RAM (hadeh) serta berbagai jenis atribut gaming lain. Beberapa produsen bahkan sengaja bikin kursi gaming yang ada RGB di sekelilingnya. Hmm..
Kami yakin, sebagian dari kita bakal mikir bahwa penggunaan RGB terasa aneh bin norak. Tapi jangan salah, yang demikian ada pasarnya dan ini enggak sedikit. Buktinya, ya kayak yang tadi kita bahas, para produsen atribut game enggak berhenti merilis produk dengan pencahayaan RGB.
Ajang unjuk status
Dr. Jane Gavan, dosen Sydney College of the Arts, yang berfokus pada desain dan inovasi produk menilai, penggunaan warna-warna mencolok disukai lantaran menegaskan suatu status tertentu. Jelas saja, dalam hal ini adalah status sebagai seorang gamer.
“Warna-warna ini sering digunakan untuk menandai pemiliknya sebagai orang yang memiliki lebih dari satu versi akan sesuatu. Keyboard yang menyala-nyala, misal, memiliki daya tarik status tertentu,” papar Gavan.
“Bahwa kita melihat banyak gamer yang membeli keyboard tersebut, menjadi penegas bahwa itu (pencahayaan RGB) sudah jadi bagian dari identitas kelompok terkait,” sambungnya.
Jurnalis tekno Fergus Halliday dalam salah satu tulisannya menyebut bahwa seseorang yang duduk di kursi gaming, dengan monitor yang penuh gemerlap RGB di hadapannya, tak berbeda dengan pemain kasino. Di kasino, berbagai jenis warna cahaya juga lumrah terlihat.
Karena itu gagasan Associate Professor dari University of Sydney, Sally Gainsbury, rasanya pas untuk dijadikan dasar lain guna melihat fenomena ini. Dia menilai bahwa pencahayaan warna-warni dapat membuat pengalaman berjudi lebih menarik sekaligus memberi kesan adiktif.
“Ada bukti bahwa cahaya dan suara memengaruhi judi, yakni membuatnya lebih menarik dan menghibur. Di titik tertentu ini bisa mengaburkan batas-batas sehingga seolah ada reaksi positif terhadap mesin yang akhirnya memperpanjang sesi perjudian,” ujar Gainsbury.
Lampu RGB, sarana ekspresi diri
Sebagian besar pencahayaan RGB, khususnya di laptop, PC gaming atau Periferal Gaming, bekerja dengan sistem penyesuaian. Kamu bisa mengatur warnanya sesuka hati. Kita bisa menyesuaikannya dengan game yang sedang berjalan atau sekadar ‘yang penting mencolok’.
Hal demikian memungkinkan sebab tersedia lebih dari 16 juta warna. Penyetelannya sendiri dapat dilakukan lewat software khusus. Untuk seri ASUS TUF, misal, kamu dapat menggunakan AURA. Lewat software ini kustomisasi cahaya berada di genggamanmu.
Menurut perwakilan Logitech Australia, Daniel Hall, kustomisasi inilah yang membuat pencahayaan RGB lumrah di kalangan gamer. “Hal ini benar-benar menunjukkan keinginan konsumen. Mereka mencari penyesuaian penuh itu, baik untuk estetika atau untuk fungsionalitas,” ungkap Hall.
Di sisi lain, dia juga menilai bahwa para influencer seperti Youtuber menyukai atribut RGB. Jika memang demikian, boleh jadi para influencer inilah yang akhirnya menciptakan tren penggunaan cahaya RGB pada atribut game di kalangan gamer secara umum.
“Kita banyak melihat bahwa influencer saat ini–khususnya streamer game–memiliki segala jenis RGB dalam video-video mereka. Bahkan, di bagian background Anda akan melihat mereka memiliki lampu strip RGB atau panel RGB,” papar Hall.
Pada akhirnya, ini soal selera
Terlepas dari segala penjelasan pakar, keberadaan RGB secara fungsi tak lebih dari sekadar penerang. Untuk mereka yang biasa bermain game di ruangan redup, hal tersebut bakal amat penting. Namun, pada dasarnya RGB secara fungsi tak sekrusial itu.
Kamu bahkan bisa saja mengalami gangguan kala bermain game. Bayangkan, saat fokus membidik musuhmu di game Counter Strike, misal, tiba-tiba cahaya RGB di bagian bahwa monitor berkedip-kedip. Pandangan dan fokusmu terganggu, musuh pun menghilang.
Lagi pula, kalau kata Tuan Nguyen dalam artikel marah-marahnya di PC Gamer, “Bermain game berarti mengoptimalkan sistem yang ada untuk mempercepat pemuatan tekstur, dan menggunakan tampilan dengan kecepatan refresh rate tinggi.”
“Ini tidak berarti menambahkan lebih banyak sampah ke perangkat PC atau membuat pilihan desain yang tidak nyaman atas nama estetika,” begitu tulis Nguyen. Tentu, kamu boleh sepakat atau tidak, karena ujung-ujungnya ini perkara selera dan selera selalu subjektif.