Ini adalah bagian ketiga sekaligus terakhir dari seri artikel ‘Plagiarisme di Video Game’. Bagian pertama bisa kamu baca di sini (Sejarah dan Mengapa Ini Sudah Ada Sejak Dulu), sedangkan bagian kedua di sini (Mengapa Sulit Menghilangkan Plagiat di Video Game?).
Tak adanya hukum yang tegasserta sifat yang dimiliki video game itu sendiri membuat plagiarisme marak. Malah, tak berlebihan rasanya menyebut industri video game cenderung memaklumi praktik ini. Sederet game yang pernah dianggap plagiat ini adalah bukti sahih klaim tersebut.
Beberapa mampu mendulang kesuksesan lebih besar ketimbang game yang mereka jiplak. Sebagian lagi terpuruk yang sampai bikin orang-orang tak sadar bahwa game itu pernah eksis. Dari sekian banyak kasus, kami merangkum beberapa di antaranya.
Crash Team Racing
Crash Team Racing adalah game PS1 yang cukup populer. Saat mengunjungi tempat rental, game ini cukup sering kamu lihat. Bukan tanpa alasan. CTR membawa game balapan ke tingkat yang berbeda. Kamu bisa mengumpulkan banyak item menarik. Game ini juga membawa nama besar Crash Bandicoot.
Usut punya usut, ternyata CTR pernah diduga melakukan plagiat terhadap game yang lebih dulu hadir. Game itu adalah bagian dari seri Super Mario: Mario Kart. Konsepnya bahkan mirip sehingga tak heran dugaan itu muncul. Yang menarik, CTR terbilang lebih sukses ketimbang Mario Kart.
Guitar Hero
Saat PS2 masih berjaya, game apa yang paling sering dibicarakan orang-orang? Akan panjang sekali daftarnya dan Guitar Hero pasti termasuk dalam daftar itu. Rilis kali pertama pada 2005, game simulasi bergitar ini membawa kita menikmati banyak lagu populer sembari bergitar secara virtual.
Namun, ada fakta terselebung di balik popularitas game tersebut. Guitar Hero ternyata merupakan plagiat dari game Konami yang rilis pada 1999. Namanya Guitar Freaks, game PS1 yang sekilas memang serupa dengan Guitar Hero. Bedanya, Guitar Freaks kurang populer.
Saint Row
Beberapa orang mengira Saint Row adalah game dengan ide yang orisinil. Namun, sebetulnya tidak seperti itu. Saint Row adalah game bertema gangster yang disebut-sebut hendak meniru Grand Theft Auto (GTA) Sand Andreas, salah satu game terpopuler sepanjang masa.
Tak cuma temanya. Beberapa aspek lain seperti mekanisme di dalam game juga demikian. Bahkan misi yang mewajibkan pemain menguasai beberapa wilayah tertentu juga persis dengan GTA San Andreas. Meski begitu, satu yang tak bisa Saint Row tiru: Kesuksesan game besutan Rockstar itu.
Blade
Meski tak banyak dibahas, ternyata ada sejumlah kasus plagiat yang berujung tuntutan. Salah satunya kasus plagiarisme game Blade. Game bikinan developer Korea Selatan tersebut diduga meniru salah satu game paling sulit yang pernah ada: Dark Souls.
Dugaan itu terbukti. Blade memang menjiplak hampir semua aspek yang ada di Dark Souls. Tak hanya gameplay dan konsep di dalamnya, tetapi juga sederet konten promosi seperti teaser. Alhasil, developer game itu mendapat sanksi berlaku, sedangkan Blade dilarang beredar.
Tattoo Assassins
Bersama dengan Street Fighter, Mortal Kombat menjadi game fighting yang jadi favorit banyak orang. Mortal Kombat, yang memang lebih difokuskan untuk gamer dewasa, menonjol karena visual karakternya yang badas. Pertarungan yang tersaji pun sarat akan adegan berdarah.
Konsep itu pernah jadi tren pada 90-an sehingga banyak sekali yang berupaya menjiplak Mortal Kombat. Dari banyaknya jiplakan yang muncul, Tatto Assassins tampaknya adalah yang terburuk. Mereka hendak membawa konsep serupa tetapi pengemasannya amat berantakan.
Fortnite
Pada 2018, PUBG Corp menuntut Fortnite ke meja hijau karena dugaan praktik plagiarisme. Mereka menilai game besutan Epic Games itu meniru banyak hal dari game PUBG, salah satunya mode battle royale, mode permainan yang identik dengan PUBG.
Sebelumnya, Fortnite memang tidak menyematkan hal tersebut. Mode battle royale baru mereka hadirkan lewat salah satu update. Tampilan yang ada di dalam mode itu juga dianggap mengikuti PUBG. Namun, pada akhirnya PUBG Corp menarik tuntutan mereka tanpa alasan pasti.
Mobile Legends
Tak lama setelah Mobile Legends (ML) mulai populer, Riot Games selaku pembesut League of Legends mengajukan tuntutan kepada Moonton, kreator game MOBA populer di smartphone tersebut. Tuntutan Riot Games muncul karena merasa ML meniru banyak hal dari game mereka.
Beberapa konten yang dianggap plagiarisme itu di antaranya adalah hero, skin, map, turret, bahkan beberapa tekstur di dalam game. Karena kasus ini, sempat beredar kabar bahwa ML akan di-take down. Namun, pada akhirnya sanksi yang diterima sebatas denda sebesar 2,9 juta dolar kepada Riot Games.
***
Nikmati pengalaman gaming yang lebih seru dengan Steam Wallet termurah se-Indonesia di itemku!
1 Comment
dimana letak plagiatnya untuk ctr?