Saat ditanya apa game favorit, kamu akan dengan cepat dicap sebagai bocah warnet bila jawabanmu adalah Point Blank (PB). Bukan hal aneh sebab warnet dan Point Blank memang ibarat satu kesatuan.
Posisinya barangkali serupa Dragon Nest, Ragnarok, Counter Strike (CS), Lost Saga, dan sejenisnya. Bahkan dulu ada lelucon yang bilang bahwa warnet bukanlah warnet kalau tak memiliki game-game itu, termasuk PB tadi.
PB sendiri dikembangkan oleh perusahaan asal Korea Selatan bernama Zepetto. Pada 2009 game ini pertama kali masuk Indonesia di bawah naungan PT Kreon melalui layanan Gemscool.
Kala itu, Counter Strike masih jadi rajanya game firts-person shooter (FPS). Nah, PB hadir dengan harapan menjadi kompetitor selevel. PB juga punya target jelas: Mereka menyasar kalangan remaja dan orang dewasa.
Inti cerita game ini kian mendukung tujuan tersebut. Mengusung mode FPS, PB adalah tentang persereruan antara Free Rebels dan pemerintah yang dalam hal ini adalah Counter Terrorist Force (CT-Force).
Yang terjadi sayangnya tak demikian. PB justru jadi kesenangan bocah-bocah SD. Kamu yang sering ke warnet mungkin akrab dengan pemandangan bocah berseragam yang asyik menembaki lawan sambil sesekali mengumpat.
Dari situ imej PB bertambah. Selain game warnet, ia juga game bocah.
Walau demikian, gambaran itu hanyalah segelintir dari PB sendiri. Wajahnya mungkin adalah game bocah warnet, tetapi pada dasarnya Point Blank adalah salah satu cabang esports kompetitif yang perkembangannya cukup baik di Indonesia.
Turnamen Point Blank di Indonesia
Skena kompetitif PB makin terlihat saat Garena masuk mengakuisisi pada 2015. Di bawah platform yang kini menaungi Free Fire itu, turnamen-turnamen PB kerap kali muncul.
Kamu mengenal Point Blank National Championship (PBNC) untuk level nasional. Adapun, level internasional, salah satunya, bernama Point Blank World Championship (PBWC) yang mulai sejak 2016.
Tatkala terjadi perpindahan pengelolaan dari Garena ke Zepetto dua tahun lalu, turnamen-turnamen itu tak lantas hilang. Mereka tetap aktif menggelar dan sempat membuat sejumlah turnamen baru secara berjenjang.
Lukman Risky Eldandi selaku Project Manager Zepetto Indonesia bahkan menyebut turnamen esports sebagai salah satu strategi mereka dalam mempertahankan dan menarik penggemar. Demikian kami kutip dari Hybrid.
Dari situ terlihat jelas akan bagaimana Zepetto ke depan. Mereka tahu bahwa perkembangan Point Blank tak lepas dari kehadiran turnamen kompetitif. Meski begitu, tetap ada peran warnet dan para bocah yang tentu tak sedikit.