Nama lengkapnya Aitthipat Kulapongvanich. Ia biasa dipanggil Top. Top Ittipat. Orang Thailand. Pernah makan snack (bukan snake) rumput laut Tao Kae Noi? Nah, Top adalah sosok di baliknya.
Jauh sebelum bikin Tao Kae Noi, Top adalah bocah biasa-biasa saja. Di rumah, orang tuanya menuntut Top untuk belajar-belajar-belajar. Yang orang tuanya inginkan sederhana: Mereka mau sang anak bisa kuliah di kampus negeri.
Orang tuanya punya alasan jelas. Mereka berharap Top bisa mengikuti jejak kakanya yang memang berprestasi. Dengan kuliah di kampus negeri, peluang Top untuk mendapat pekerjaan bagus juga sangat besar. Begitu kata mereka.
Namun, Top bukanlah kakaknya. Belajar? Boro-boro. Ia lebih sua bermalas-malasan. Aktivitasnya tak jauh dari duduk di depan komputer, kemudian menghabiskan waktu dengan game-game online. Hidupnya sungguh no life.
Suatu hari, Top membeli beberapa barang mahal seperti konsol dan DVD player. Tak lama setelahnya barang yang dia beli jauh lebih mahal lagi: Mobil. Semua ia lakukan tanpa meminta orang tua alias pakai uang sendiri.
Orang tuanya jelas kaget melihat barang-barang yang Top beli. Mau gimana lagi, Top belum bekerja. Kegiatannya juga hampir selalu mendep di rumah aja, kecuali jika pacarnya mengajak main ke luar.
Lantas, mereka bertanya-tanya dengan kesal dari mana Top mendapatkan semua itu?
Yang pasti bukan karena babi ngepet. Top Ittipat membeli semua barang itu lewat hasil penjualan item-item di game yang dia mainkan. Kegiatannya mungkin cuma main game tetapi dari sanalah ia mendapatkan banyak uang.
Dari situ kita bisa melihat bahwa ranah ini tak main-main. Perputaran uang di sana melibatkan dolar, rupiah, atau mata uang apapun dalam jumlah super fantastis. Top bahkan masih SMA ketika semua itu ia dapatkan.
Apa yang Top lakukan kita kenal sebagai Real Money Trading (RMT). Istilah ini secara singkat bisa kita terjemahkan sebagai aktivitas jual beli item, mata uang, dan benda virtual lain dalam game dengan uang betulan.
Beberapa tahun yang lalu, aktivitas ini masih sangat tabu di masyarakat. Barangkali inilah alasan mengapa kedua orang tua Top tampak begitu skeptis terhadap kegiatan anak mereka.
Direktur Pusat Pengembangan Digital University of Manchester, Richard Heeks, bahkan menganggap RMT sebagai hal kontroversial. Menurut dia, aktivitas ini melanggar aturan main karena dapat merugikan pembuat game.
Alasan lain yang juga banyak bertebaran: Jual beli item virtual dapat merusak sportivitas dalam game. Adalah hal tidak adil jika kita bisa naik level tanpa harus bersusah payah mengumpulkan item seorang diri.
Namun, sekarang sudah berbeda. Semakin ke sini perkembangan RMT semakin masif hingga mencapai titik yang tak terbayangkan sebelumnya. Terlebih, kian banyak game online yang memungkinkan aktivitas ini terjadi.
Bagi para pelakunya, aktivitas RMT jadi sumber penghasilan yang tak sedikit. Anda perlu membaca kisah VSGaming yang cuan ratusan juta hanya lewat jualan item game untuk membuktikan bahwa klaim ini tak berlebihan.
Lantas, jika suatu hari Anda melihat seorang tetangga yang terlihat punya banyak uang, jangan buru-buru dituduh memakai ‘babi ngepet’. Siapa tau, dia seperti Top Ittipat, yang bisa membeli mobil lewat jualan item game.
***
Beli voucher Steam Wallet, ya, di itemku! Udah hemat, gampang, cepat pula. Langsung cus aja!
Untuk press release, iklan, dan kerja sama lainnya dapat mengirim email ke [email protected].