Ketika ngobrol dengan sosok di balik Veitsune Gaming Shop, salah satu penjual di itemku, setidaknya ada empat hal yang bikin saya kaget. Pertama, karena dia orang Sumatera Selatan?—?sama seperti saya. Kedua, dia adalah pemilik salah satu laman streaming dan download anime populer di Indonesia.
“Wibu nih berarti?” Saya bertanya.
Dia cuma terkekeh tanpa jawaban pasti. Sejurus kemudian, dia berkata sesuatu yang sialnya melenyapkan ide liar saya soal isi tulisan ini nanti.
“Nama website-nya tolong jangan dipublikasikan, ya. Biar aman. Aku enggak mau orang lain tau siapa yang ngelolanya. Ini juga berlaku buat Veitsune,” ucap dia dalam bahasa Palembang.
“Enggak mau terkenal nih berarti?” Saya menimpali.
Lagi-lagi, dia cuma terkekeh.
Ia memang ketat soal privasi dan ini jadi hal ketiga yang bikin saya kaget. Enggak cuma soal nama website tersebut, ia bahkan juga enggan membagikan nama lengkapnya sendiri. Walau begitu, ia masih bersedia memberi tahu nama panggilannya kepada saya.
“Panggil Ari aja,” tuturnya.
Ari adalah lulusan teknik informatika di salah satu kampus swasta Palembang. Ketika studinya berakhir pada 2018, yang ada di benaknya cuma satu: Dia enggan kerja buat orang lain.
Bagi Ari, kerja buat orang lain tak ubahnya terkurung dalam kamar sempit. Ini tak cocok untuk dirinya yang selama ini sangat menyukai kebebasan. Maka, untuk menghasilkan uang, satu-satunya cara yang bisa dia lakukan adalah menjalankan bisnis.
Laman streaming anime tadi salah satu perwujudannya. Kata Ari, laman ini sudah dia jalankan sejak masih kuliah bersama seorang teman, tepatnya pada 2016. Pada pertengahan 2020, sekitar Juni tepatnya, Ari terpikir ide bisnis baru. Betul sekali, ide yang dia maksud adalah Veitsune.
Ucapannya ketika mengenalkan Veitsune jadi hal keempat yang bikin saya kaget. Namun, kali ini bercampur dengan rasa takjub?—?sekaligus iri (bilang buoss!).
“Sejak mulai tengah tahun lalu kayaknya pendapatan per bulan dari Veitsune udah sampai puluhan juta,” ucap dia.
Veitsune bermula ketika Ari tengah sibuk mencari top-up Steam Wallet di sejumlah marketplace. Dalam pencarian itu dia menemukan itemku.
“Di sana saya lihat harganya murah-murah. Saya jadi penasaran kan gimana dapet barangnya. Singkat cerita, saya dapet supplier mantap dan akhirnya mulai jualan di itemku. Kalau enggak salah itu Juni atau Juli tahun kemarin. Pertengahan pokoknya,” jelas Ari.
“Saya lihat di Veitsune lewat itemku enggak ada lagi jualan Steam Wallet. Mulai setopnya sejak kapan?” tanya saya.
“Enggak inget. Yang jelas jualan Steam Wallet memang enggak terlalu lama karena setelah itu saya langsung ganti jualan (diamond) Free Fire,” tutur Ari.
Game bikinan Garena itu sangat populer, terutama di Indonesia. Di PlayStore saja, jumlah unduhannya sudah mencapai 500 juta kali lebih. Angka ini bikin Free Fire jadi game battle royale dengan jumlah unduhan tertinggi, melampaui PUBG Mobile yang ‘cuma’ 100 juta.
Masuk akal jika kemudian hasil penjualan di Free Fire jauh lebih besar ketimbang saat jualan Steam Wallet. Menurut Ari, dia bisa menerima paling banyak 200–300 order dalam satu hingga dua jam pada tiap harinya.
Jika diamond Free Fire termurah di itemku harganya Rp900, dalam waktu sepuluh jam saja Ari sudah bisa menghasilkan Rp2,7 juta. Jika selama sebulan angka tersebut terus konsisten, Ari bisa mendapat penghasilan Rp81 juta pada tiap bulannya.
“Saya sampai enggak bisa ngedip lagi, enggak bisa istirahat lagi karena orderan datang terus,” kenang Ari.
Pada akhir September 2020, Mihoyo merilis game role-playing game (RPG) bergaya anime. Namanya Genshin Impact. Di game itu kita berperan sebagai karakter yang punya misi mencari keberadaan saudaranya yang hilang sembari menjelajahi dunia bernama Teyvat.
Jagat game langsung heboh seketika. Ari juga ikutan heboh lantaran memang menyukai game dengan gaya seperti itu. Dua karakter favoritnya di Genshin Impact adalah Diluc dan Tartaglia ‘Childe’.
“Karena Diluc yang paling oke dan dicari semua orang di Genshin Impact. Kalo Childe gg, bisa nyerang jarak dekat dan jarak jauh. Elemennya air,” ujar Ari.
Di sisi lain, Ari juga menangkap peluang baru. Sejak hari pertama perilisan, dia tak cuma rutin menjelajah dunia Teyvat dengan Diluc dan Childe miliknya. Ia juga mulai mengumpulkan akun Genshin Impact dari berbagai lapak untuk dijual kembali di Veitsune lewat itemku.
Ari berangkat dari fakta bahwa banyak yang sudah menantikan kedatangan game itu. Apalagi, Mihoyo punya riwayat sukses dalam menggarap game bergaya mirip, termasuk ketika merilis Honkai Impact yang terbilang sukses dan mendapat hype yang besar.
“Saya jadi yakin Genshin Impact bakal rame dan itemku juga buka kategori khusus game itu. Beneran kan, beberapa waktu kemudian itemku buka kategori Genshin Impact,” ungkap Ari.
“Bisa dibilang nyuri start, ya?”
Ari mengiyakan.
“Mungkin ini yang bikin penjualan akun Genshin Impact di Veitsune laris banget. Kalau kita buka kategori Genshin Impact lewat itemku, dagangan Veitsune ada di deretan yang paling atas sebelah kiri,” kata dia.
“Sebut angka dong!”
“Udah dua digit pastinya, puluhan juta. Itu bersih,” dia terkekeh, saya tercengang. “Masih di bawah Free Fire, sih, tapi kalau ditotal sejak pertama kali jual akun Genshin Impact sampai sekarang, hasilnya udah ratusan.”
Saya makin tercengang.
Lantas, dengan semua keuntungan yang dia peroleh itu, saya iseng bertanya.
“Seandainya diminta milih antara jadi PNS atau pegawai yang gajinya gede dan Veitsune, bakal milih yang mana?”
Tanpa babibu Ari menjawab Veitsune.
“Kalau antara Veitsune atau web yang kamu kelola?”
“Hmm.. kalau ini enggak bisa milih. Saya mau pertahanin dua-duanya. Enggak mau melepas salah satu, enggak mau milih salah satu,” tegas Ari. “Soalnya pendapatan saya dari adsense di website itu lumayan, malah enggak jauh sama Veitsune.”
Di pengujung perbincangan, saya teringat satu pertanyaan penting yang seharusnya ditanyakan sejak awal. Ini soal alasan pemakaian nama Veitsune.
“Veitsune itu asalnya dari gabungan huruf ‘v’ di nama akun medsos saya sama ‘kitsune’. Kalau dalam bahasa Jepang, kitsune artinya rubah,” jelas Ari.
“Hah? Bukannya Kyuubi?” tanya saya sambil menyebut salah satu monster di manga Naruto.
“Oh, kalau itu ekor sembilan artinya. Bukan rubah. Kalo rubah bahasa Jepang-nya ‘kitsune’,” sahut Ari.
Ucapan itu bikin saya yakin bahwa Ari adalah wibu. Dengan begini, pertanyaan saya yang belum ia respons pada bagian awal wawancara sudah resmi terjawab. Pancingan saya berhasil.. hehehe.
***
Dapatkan akun Genshin Impact termurah se-Indonesia di itemku! Jangan lupa juga untuk gabung di Forum itemku untuk berdiskusi seputar game dan esports bareng gamer lainnya.